Vesikolithotomi
adalah alternatif untuk membuka dan mengambil batu yang ada di kandung kemih,
sehingga pasien tersebut tidak mengalami ganguan pada aliran perkemihannya
Franzoni D.F dan Decter R.M (http://www.medscape.com, 8
Juli 2006) .
B. Etiologi
Menurut Smeltzer (2002:1460) bahwa,
batu kandung kemih disebabkan infeksi, statis urin dan periode imobilitas (drainage
renal yang lambat dan perubahan metabolisme kalsium).
Faktor- faktor yang mempengaruhi
menurut Soeparman (2001:378) batu kandung kemih (Vesikolitiasis) adalah
1. Hiperkalsiuria
Suatu peningkatan kadar kalsium dalam urin, disebabkan karena,
hiperkalsiuria idiopatik (meliputi hiperkalsiuria disebabkan masukan tinggi
natrium, kalsium dan protein), hiperparatiroidisme primer, sarkoidosis, dan
kelebihan vitamin D atau kelebihan kalsium.
2. Hipositraturia
Suatu penurunan ekskresi inhibitor pembentukan kristal dalam
air kemih, khususnya sitrat, disebabkan idiopatik, asidosis tubulus ginjal tipe
I (lengkap atau tidak lengkap), minum Asetazolamid, dan diare dan masukan
protein tinggi.
3. Hiperurikosuria
Peningkatan kadar asam urat dalam air kemih yang dapat
memacu pembentukan batu kalsium karena masukan diet purin yang berlebih.
4. Penurunan jumlah air kemih
Dikarenakan
masukan cairan yang sedikit.
5. Jenis cairan yang diminum
Minuman yang
banyak mengandung soda seperti soft drink, jus apel dan jus anggur.
6. Hiperoksalouria
Kenaikan ekskresi oksalat diatas normal (45 mg/hari),
kejadian ini disebabkan oleh diet rendah kalsium, peningkatan absorbsi kalsium
intestinal, dan penyakit usus kecil atau akibat reseksi pembedahan yang
mengganggu absorbsi garam empedu.
7. Ginjal Spongiosa Medula
Disebabkan karena volume air kemih sedikit, batu kalsium
idiopatik (tidak dijumpai predisposisi metabolik).
8. Batu Asan Urat
Batu asam urat banyak disebabkan karena pH air kemih rendah,
dan hiperurikosuria (primer dan sekunder).
9. Batu Struvit
Batu struvit disebabkan karena adanya infeksi saluran kemih
dengan organisme yang memproduksi urease.
Kandungan batu kemih kebayakan terdiri dari :
1. 75 % kalsium.
2. 15 % batu tripe/batu struvit
(Magnesium Amonium Fosfat).
3. 6 % batu asam urat.
4. 1-2 % sistin (cystine).
C. Pathofisiologi
Kelainan bawaan atau cidera, keadan patologis yang
disebabkan karena infeksi, pembentukan batu disaluran kemih dan tumor, keadan
tersebut sering menyebabkan bendungan. Hambatan yang menyebabkan sumbatan
aliran kemih baik itu yang disebabkan karena infeksi, trauma dan tumor serta
kelainan metabolisme dapat menyebabkan penyempitan atau struktur uretra
sehingga terjadi bendungan dan statis urin. Jika sudah terjadi bendungan dan
statis urin lama kelamaan kalsium akan mengendap menjadi besar sehingga
membentuk batu (Sjamsuhidajat dan Wim de Jong, 2001:997).
Proses pembentukan batu ginjal
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang kemudian dijadikan dalam beberapa teori
(Soeparman, 2001:388):
1. Teori Supersaturasi
Tingkat kejenuhan komponen-komponen pembentuk batu ginjal
mendukung terjadinya kristalisasi. Kristal yang banyak menetap menyebabkan
terjadinya agregasi kristal dan kemudian menjadi batu.
2. Teori Matriks
Matriks merupakan mikroprotein yang terdiri dari 65 %
protein, 10 % hexose, 3-5 hexosamin dan 10 % air. Adanya matriks menyebabkan
penempelan kristal-kristal sehingga menjadi batu.
3. Teori Kurangnya Inhibitor
Pada individu normal kalsium dan fosfor hadir dalam jumlah
yang melampaui daya kelarutan, sehingga membutuhkan zat penghambat pengendapan.
fosfat mukopolisakarida dan fosfat merupakan penghambat pembentukan kristal. Bila terjadi
kekurangan zat ini maka akan mudah terjadi pengendapan.
4. Teori Epistaxy
Merupakan pembentuk batu oleh beberapa zat secara
bersama-sama. Salah satu jenis batu merupakan inti dari batu yang lain yang
merupakan pembentuk pada lapisan luarnya. Contoh ekskresi asam urat yang
berlebih dalam urin akan mendukung pembentukan batu kalsium dengan bahan urat
sebagai inti pengendapan kalsium.
5. Teori Kombinasi
Batu terbentuk karena kombinasi dari bermacam-macam teori
diatas.
D. Manifestasi Klinis
Batu yang terjebak di kandung kemih
biasanya menyebabkan iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius
dan hematuria, jika terjadi obstruksi pada leher kandung kemih menyebabkan
retensi urin atau bisa menyebabkan sepsis, kondisi ini lebih serius yang dapat
mengancam kehidupan pasien, dapat pula kita lihat tanda seperti mual muntah,
gelisah, nyeri dan perut kembung (Smeltzer, 2002:1461).
Jika sudah terjadi komplikasi
seperti seperti hidronefrosis maka gejalanya tergantung pada penyebab
penyumbatan, lokasi, dan lamanya penyumbatan. Jika penyumbatan timbul dengan
cepat (Hidronefrosis akut) biasanya akan menyebabkan koliks ginjal (nyeri yang
luar biasa di daerah antara rusuk dan tulang punggung) pada sisi ginjal yang
terkena. Jika penyumbatan berkembang secara perlahan (Hidronefrosis kronis),
biasanya tidak menimbulkan gejala atau nyeri tumpul di daerah antara tulang
rusuk dan tulang punggung.
Selain tanda diatas, tanda
hidronefrosis yang lain menurut Samsuridjal (http://www.medicastore.com, 26 Juni 2006) adalah:
1. Hematuri.
2. Sering
ditemukan infeksi disaluran kemih.
3. Demam.
4. Rasa nyeri
di daerah kandung kemih dan ginjal.
5. Mual.
6. Muntah.
7. Nyeri
abdomen.
8. Disuria.
9. Menggigil.
Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan
penunjangnya dilakukan di laboratorium yang meliputi pemeriksaan:
1. Urine
a pH lebih dari
7,6 biasanya ditemukan kuman area splitting, organisme dapat berbentuk
batu magnesium amonium phosphat, pH yang rendah menyebabkan pengendapan batu
asam urat.
b Sedimen : sel
darah meningkat (90 %), ditemukan pada penderita dengan batu, bila terjadi
infeksi maka sel darah putih akan meningkat.
c Biakan Urin :
Untuk mengetahui adanya bakteri yang berkontribusi dalam proses pembentukan
batu saluran kemih.
d Ekskresi
kalsium, fosfat, asam urat dalam 24 jam untuk melihat apakah terjadi
hiperekskresi.
2. Darah
a Hb akan
terjadi anemia pada gangguan fungsi ginjal kronis.
b Lekosit
terjadi karena infeksi.
c Ureum
kreatinin untuk melihat fungsi ginjal.
d Kalsium,
fosfat dan asam urat.
3. Radiologis
a Foto BNO/IVP
untuk melihat posisi batu, besar batu, apakah terjadi bendungan atau tidak.
b Pada gangguan
fungsi ginjal maka IVP tidak dapat dilakukan, pada keadaan ini dapat dilakukan retrogad
pielografi atau dilanjutkan dengan antegrad pielografi tidak
memberikan informasi yang memadai.
4. USG (Ultra
Sono Grafi)
Untuk
mengetahui sejauh mana terjadi kerusakan pada jaringan ginjal.
5. Riwayat Keluarga
Untuk mengetahui apakah ada anggota keluarga yang menderita
batu saluran kemih, jika ada untuk mengetahui pencegahan, pengobatan yang telah
dilakukan, cara mengambilan batu, dan analisa jenis batu.
E. Komplikasi
Komplikasi yang disebabkan dari
Vesikolithotomi (Perry dan Potter, 2002:1842) adalah sebagai berikut:
a.
Sistem Pernafasan
Atelektasis bida terjadi jika
ekspansi paru yang tidak adekuat karena pengaruh analgetik, anestesi, dan
posisi yang dimobilisasi yang menyebabkan ekspansi tidak maksimal. Penumpukan
sekret dapat menyebabkan pnemunia, hipoksia terjadi karena tekanan oleh agens
analgetik dan anestesi serta bisa terjadi emboli pulmonal.
b.
Sistem Sirkulasi
Dalam sistem peredaran darah bisa
menyebabkan perdarahan karena lepasnya jahitan atau lepasnya bekuan darah pada
tempat insisi yang bisa menyebabkan syok hipovolemik. Statis vena yang terjadi
karena duduk atau imobilisasi yang terlalu lama bisa terjadi tromboflebitis,
statis vena juga bisa menyebabkan trombus atau karena trauma pembuluh darah.
c.
Sistem Gastrointestinal
Akibat efek anestesi dapat
menyebabkan peristaltik usus menurun sehingga bisa terjadi distensi abdomen
dengan tanda dan gejala meningkatnya lingkar perut dan terdengar bunyi timpani
saat diperkusi. Mual dan muntah
serta konstipasi bisa terjadi karena belum normalnya peristaltik usus.
d.
Sistem Genitourinaria
Akibat pengaruh anestesi bisa
menyebabkan aliran urin involunter karena hilangnya tonus otot.
e.
Sistem Integumen
Perawatan yang tidak memperhatikan
kesterilan dapat menyebabkan infeksi, buruknya fase penyembuhan luka dapat
menyebabkan dehisens luka dengan tanda dan gejala meningkatnya drainase
dan penampakan jaringan yang ada dibawahnya. Eviserasi luka/kelurnya organ
dan jaringan internal melalui insisi bisa terjadi jika ada dehisens luka serta
bisa terjadi pula surgical mump (parotitis).
f.
Sistem Saraf
Bisa
menimbulkan nyeri yang tidak dapat diatasi.
F. Pengobatan
Menurut
Soeparman ( 2001:383) pengobatan dapat dilakukan dengan :
1. Mengatasi Simtom
Ajarkan dengan tirah baring dan cari penyebab utama dari
vesikolitiasis, berikan spasme analgetik atau inhibitor sintesis prostaglandin,
bila terjadi koliks ginjal dan tidak di kontra indikasikan pasang kateter.
2. Pengambilan Batu
a Batu dapat keluar sendiri
Batu tidak diharapkan keluar dengan spontan jika ukurannya
melebihi 6 mm.
b Vesikolithotomi.
c Pengangkatan Batu
1. Lithotripsi gelombang kejut
ekstrakorporeal
Prosedur non invasif yang digunakan untuk menghancurkan
batu. Litotriptor adalah alat yang digunakan untuk memecahkan batu
tersebut, tetapi alat ini hanya dapat memecahkan batu dalam batas ukuran 3 cm
ke bawah. Bila batu di atas ukuran ini dapat ditangani dengan gelombang kejut
atau sistolitotomi melalui sayatan prannenstiel. Setelah batu itu pecah menjadi
bagian yang terkecil seperti pasir, sisa batu tersebut dikeluarkan secara
spontan.
2. Metode endourologi pengangkatan
batu
Bidang endourologi mengabungkan ketrampilan ahli radiologi
mengangkat batu renal tanpa pembedahan mayor. Batu diangkat dengan forseps atau
jarring, tergantung dari ukurannya. Selain itu alat ultrasound dapat dimasukkan
ke selang nefrostomi disertai gelombang ultrasonik untuk menghancurkan batu.
3. Ureteroskopi
Ureteroskopi mencakup visualisasi dan akses ureter dengan
memasukkan alat ureteroskop melalui sistoskop. Batu dapat dihancurkan dengan
menggunakan laser, litotrips elektrohidraulik, atau ultrasound kemudian
diangkat.
d Pencegahan (batu kalsium
kronik-kalsium oksalat)
1. Menurunkan
konsentrasi reaktan (kalsium dan oksalat)
2. Meningkatkan
konsentrasi inhibitor pembentuk batu yaitu sitrat (kalium sitrat 20 mEq tiap
malam hari, minum jeruk nipis atau lemon malam hari), dan bila batu tunggal
dengan meningkatkan masukan cairan dan pemeriksaan berkala pembentukan batu
baru.
3. Pengaturan
diet dengan meningkatkan masukan cairan, hindari masukan soft drinks,
kurangi masukan protein (sebesar 1 g/Kg BB /hari), membatasi masukan natrium,
diet rendah natrium (80-100 meq/hari), dan masukan kalsium.
4. Pemberian obat
Untuk mencegah presipitasi batu baru kalsium
oksalat, disesuaikan kelainan metabolik yang ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar