A. PENGERTIAN
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada saat suhu
meningkat disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
Kejang adalah pembebasan listrik yang tidak terkontrol dari sel syaraf
cortex serebral yang ditandai dengan serangan yang tiba – tiba (marillyn,
doengoes. 1999 : 252)
Menurut Suriadi (2001), demam adalah meningkatnya temperatur suhu tubuh
secara abnormal.
Tipe demam yang mungkin kita jumpai antara lain :
1. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat
yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ketingkat diatas normal
pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam
yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan
normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan
tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari.
Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila
terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
4. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada
tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa
periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan
suhu seperti semula.
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu
misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien dengan keluhan
demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jela seperti :
abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali
tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas. Dalam praktek 90%
dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan
suatu penyakit yang self-limiting seperti influensa atau penyakit virus sejenis
lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap waspada terhadap
inveksi bakterial.
B. ETIOLOGI
Penyebab
demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan
atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu
sentral (misalnya: perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai
ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian
penggambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi
perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium.serta penunjang lain
secara tepat dan holistik.
Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adala cara timbul demam, lama
demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala lain yang menyertai demam.
Demam belum terdiagnosa adalah suatu keadaan dimana seorang pasien mengalami
demam terus menerus selama 3 minggu dan suhu badan diatas 38,3 derajat celcius
dan tetap belum didapat penyebabnya walaupun telah diteliti selama satu minggu
secara intensif dengan menggunakan sarana laboratorium dan penunjang medis
lainnya.
C. MANIFESTASI KLINIS
Ada 2 bentuk
kejang demam, yaitu :
1) Kejang demam sementara
Ø Umur
antara 6 bulan – 4 tahun
Ø Lama
kejang <15 menit
Ø Kejang bersifat umum
Ø Kejang
terjadi dalam waktu 16 jam setelah timbulnya demam
Ø Tidak
ada kelainan neurologis, baik klinis maupun laboratorium
2) Kejang demam komplikata
Ø Diluar
kriteria tersebut diatas
D. KOMPLIKASI DARI KEJANG DEMAM
1) hipoksia
2) hiperpireksia
3) asidosis
4) ernjatan atau sembab otak
E.FASE – FASE KEJANG DEMAM
a) Fase
prodromal
Perubahan
alam perasaan atau tingkah laku yang mungkin mengawali kejang beberapa jam/
hari
b) Fase iktal
Merupakan aktivitas kejang yag
biasanya terjadi gangguan muskulosketal.
c) Fase postiktal
Periode waktu dari kekacauan
mental atau somnolen, peka rangsang yang terjadi setelah kejang tersebut.
d) Fase
aura
Merupakan awal dari munculnya
aktivitas kejang, yang biasanya berupa gangguan penglihatan dan pendengaran.
F. PENATALAKSANAAN MEDIK
a) Pemberian diazepam
dosis
awal : 0,3 – 0,5 mg/ kg bb/ dosis iv (perlahan )
bila
kejang belum berhenti dapat diulang dengan dosis ulangan setelah 20 menit
b) Turunkan
demam
Ø anti
piretik : para setamol atau salisilat 10 mg/ kg bb/ dosis
Ø kompres
air biasa
c) Penanganan
suportif
v bebaskan
jalan nafas
v beri zat asam
v jaga keseimbangan cairan dan elektrolit
v pertahankan
tekanan darah
G. PENCEGAHAN KEJANG DEMAM
1.
Pencegahan berkala (intermitten) untuk kejang demam sederhana. Beri diazepam
dan anti piretika pada penyakit yang disetai demam.
2. Pencegahan kontinu untuk
kejang komplikata
fenobarbital
: 5 – 7 mg/ kg BB/ 24 jam dibagi 3 dosis
fenotoin
: 2- 8 mg/ kg BB/ 24 jam 2 – 3 dosis
klonazepam
: indikasi khusus
3. Diberikan sampai 2 tahun
bebas kejang atau sampai umur 6 tahun
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Elektrolit
: tidak seimbang dapat berpengaruh pada aktivitas kejang
2) Glukosa : hipoglikemia dapat menjadi
presipitasi (pencetus) kejang.
3) Ureum/ kreatinin : dapat maningkatkan resiko
timbulnya aktivitas kejang
4) Kadar
obat dalam serum : untuk membuktikan batas obat anti konvulsi yang terapeutik.
5) Elektroensepalogram
(eeg) : dapat melokalisir daerah serebral yang tidak berfungsi dengan baik,
mengukur aktivitas otak.
I. PENATALAKSANAAN THERAPEUTIK
1. Antipiretik
2. Anti biotik sesuai program
3. Hindari kompres alkohol atau es
J. PENGKAJIAN
a) Melakukan
anamnese riwayat penyakit meliputi: sejak kapan timbul demam, gejala lain yang
menyertai demam (miasalnya: mual muntah, nafsu makan, diaforesis, eliminasi,
nyeri otot dan sendi dll), apakah anak menggigil, gelisah, upaya yang harus
dilakukan.
b) Melakukan pemeriksaan fisik.
c) Melakukan
pemeriksaan ensepalokaudal: keadaan umum, vital sign.
d) Melakukan pemeriksaan penunjang lain seperti:
pemeriksaan laboratotium, foto rontgent ataupun USG.
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Hyperthermia
berhubungan dengan proses infeksi.
2) Resiko
kurang cairan berhubungan dengan intake yang kurang dan diaporsis.
3) Cemas
berhubungan dengan hipertermi, efek proses penyakit.
L. PERNCANAAN
1. Diagnosa Keperawatan : Hypertermi b/d proses infeksi
Tujuan dan Kriteria hasil
Intervensi
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama….x 24 jam menujukan temperatur dalan
batas normal dengan kriteria:
- Bebas dari kedinginan
- Suhu tubuh stabil 36-37 C 1. Pantau suhu klien (derajat dan pola) perhatikan
menggigil/diaforsis
Intervensi :
Pantau
suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi
Berikan
kompres hangat hindri penggunaan akohol
Berikan miman sesuai kebutuhan
.
Kolaborasi untuk pemberian antipiretik
2. Resiko kurang volume cairan b/d intake yang kurang dan deperosis
Tujuan dan
Kriteria Hasil
Setelah
dilakukan tindakan perawatan selama ….x 24 jam volume cairn adekuat dengan
kriteria:
- tanda vital dalam batas normal
- nadi perifer teraba kuat
- haluran urine adekuat
- tidak ada tanda-tanda dehidrasi
Intervensi
v Ukur/catat
haluaran urine dan berat jenis. Catat ketidak seimbangan masukan dan haluran
kumulatif
v Pantau
tekanan darah dan denyut jantung ukur CVP
v Palpasi
denyut perifer
v Kaji
membran mukosa kering, tugor kulit yang kurang baik dan rasa halus
v Kolaborasi untuk pemberian cairan IV sesuai
indikasi
v Pantau nilai laboratorium, Ht/jumlah sel darah
merah, BUN,cre, Elek,LED, GDS
3. Cemas berhubungan dengan hipertermi, efek proses penyakit
Tujuan dan
Kriteria Hasil
Setelah
dilakukan tindakan perawatan selama 2 x 24 jam cemas hilang dengan kriteria:
- klien dapat mengidentifikasi hal-hal yang dapat meningkatkan dan menurunkan
suhu tubuh
- klien mau berpartisipasi dalam setiap tidakan yang dilakukan
- klien mengungkapkan penurunan cemas yang berhubungan dengan hipertermi,
proses penyakit
Intervensi
1) Kaji
dan identifikasi serta luruskan informasi yang dimiliki klien mengenai
hipertermi
2) Berikan informasi yang akurat tentang penyebab
hipertermi
3) Validasi perasaan klien dan yakinkan klien
bahwa kecemasam merupakan respon yang normal
4) Diskusikan rencana tindakan yang dilakukan
berhubungan dengan hipertermi dan keadaan penyakit